Bunga dalam Budaya Islam dan Masa Kesultanan Ottoman
Kesultanan Ottoman dikenal sebagai peradaban yang mencintai bunga.
Tanaman bunga adalah hasil alam yang luar biasa karena berbagai alasan, mulai dari bentuk, warna dan aroma yang unik. Nabi Muhammad SAW dalam beberapa riwayat disebut menyukai aroma bunga.
Dilansir dari Daily Sabah, Selasa (30/11), masa kesultanan Utsmani (Ottoman) dikenal sebagai peradaban yang mencintai bunga. Pola bunga juga lebih disukai untuk gaun. Bahkan orang serius seperti Sultan Mehmed II digambarkan oleh seniman dengan bunga di tangannya.
Setidaknya ada beberapa makna atau nilai bunga bagi Islam seperti yang ditunjukkan oleh masyarakat pada masa Kesultanan Utsmani. Di antaranya adalah, sebagai berikut.
Bunga sebagai pola
Batu nisan para wanita saat itu tercatat banyak dihiasi dengan pola bunga. Gaun wanita selalu terbuat dari kain bunga di masa lalu. Bahkan pakaian pria pun akan bermotif bunga.
Jubah sultan yang dihiasi anyelir warna delima ada di museum. Aksesoris pakaian seperti serban diberi pola bunga di dalamnya.
Bunga juga jadi motif yang paling umum digunakan, terutama pada karpet Ottoman, adalah bunganya. Karpet ini adalah karya seni yang menyanyikan keinginan gadis-gadis yang menenunnya.
Dulu, tidak ada galeri seni seperti sekarang ini. Tapi setiap rumah Ottoman seperti galeri seni. Ada motif bunga di lemari rumah, kotak, peti bahkan di pintu luar rumah.
Bunga sebagai bahasa cinta
Bunga juga memiliki simbol yang telah diceritakan secara turun-temurun. Seperti makna tulip dan mawar yang sarat dengan makna islami.
Sebagian percaya bahwa tulip melambangkan Allah SWT (Tuhan) dan mawar melambangkan Nabi Muhammad SAW. Baik bentuk bunga tulip maupun huruf-huruf dalam abjad Arab sama dengan kata “Allah”.
Sementara anyelir menyiratkan pengabdian. Teratai yang mengapung di atas air, di sisi lain, dianggap sebagai simbol para hamba yang membentangkan sajadah mereka di atas air.
Bunga sebagai bahasa duka
Bunga bahkan digunakan pada batu nisan yang seharusnya menjadi ungkapan kesedihan, terutama batu nisan untuk wanita. Karena bunga ditemukan di serban di batu nisan laki-laki, ada motif bunga di tempat kosong di prasasti.
Kecintaan orang-orang pada masa Utsmani kepada bunga yang dituangkan dalam kain dan dekorasi ini sebagian karena ketentuan agama. Karena agama Islam yang melarang penggunaan gambar makhluk hidup di depan umum tidak membatasi bunga.